Boomi bukan “parfum untuk orang lain”. Ia bukan topeng. Boomi hadir agar kita sendiri lebih sadar, lebih utuh, lebih tenang.
Boomi lahir dari sebuah pertanyaan sederhana: “Kalau parfum bukan sekadar wangi, melainkan teman
yang menemani, ia akan terasa seperti apa?”
Jawabannya bukan parfum yang keras, mencolok, atau ingin menguasai ruangan. Boomi justru hadir
sebagai aroma yang membumi; lembut, menenangkan, dan membantu kita hadir sepenuhnya di
momen saat ini.
Nama “Boomi” terinspirasi dari kata bumi dalam bahasa Indonesia. Bumi adalah tempat berpijak,
ruang yang paling dasar, paling dekat, dan paling kita kenal. Dari situ lahir filosofi: parfum ini harus
terasa alami, tulus, dan jujur.
Dalam hidup modern yang cepat dan bising, Boomi ingin memberi ruang untuk jeda. Hadir sebagai diri sendiri itu tidak mudah, tapi justru di situlah seninya. Dari ide itu lahir seri The Art of Being.
Being present adalah seni. Seni untuk cukup, bukan berlebihan. Seni untuk menjadi bukan sekadar menunjukkan.